Sosial

Penghasilan Menggiurkan, Pemuda Sumenep Ini Nekat Jadi Tekong

846
×

Penghasilan Menggiurkan, Pemuda Sumenep Ini Nekat Jadi Tekong

Sebarkan artikel ini
Penghasilan Menggiurkan, Pemuda Sumenep Ini Nekat Jadi Tekong
Tekong, sebuah profesi sebagai penyedia jasa pemberangkatan tenaga kerja Indonesia.

SuaraMadura.id – Tak pernah terlintas dalam benak pemuda Sumenep yang lahir dan besar di kepulauan, akan menekuni profesi beresiko tinggi yakni sebagai pengirim tenaga kerja secara ilegal ke luar negeri alias tekong.

Sebut saja pemuda Sumenep berusia akhir 20-an yang memilih menjadi tekong itu dengan panggilan Edi, yang telah menjalani profesi yang rentan berurusan dengan aparat penegak hukum itu selama kurang lebih 5 tahun terakhir.

Dilahirkan di Kepulauan Kangean, Edi melanjutkan pendidikan tinggi kejuruan pendidikan di Kota Keris dan berhasil lulus pada tahun 2016. Meski sulit mendapat pekerjaan, tak pernah terbersit di pikirannya ia akan menjadi tekong.

Bermodalkan mobil hasil kredit, Edi memutuskan menjalani usaha travel yang melayani rute Sumenep Surabaya pulang pergi. Kurang lebih satu tahun mengukur jalan dengan pendapatan ngepas, membuat dirinya memutar otak mencari peluang lain.

Kesempatan datang ketika ia bertemu dengan teman satu kampung halaman yang berprofesi sebagai tekong. Dari temannya itulah, Edi mendapat cerita menggiurkannya penghasilan dari mengirim tenaga kerja lewat jalur belakang ke negeri tetangga.

Sebelumnya Edi memang tahu, bahwa tidak sedikit warga Kepulauan Kangean yang hijrah untuk bekerja ke Malaysia, umumnya menjadi tenaga pekerja konstruksi. Faktor upah lebih besar daripada pekerjaan serupa di negeri sendiri jadi alasan.

Mereka yang merantau ke negeri seberang tidak serta merta berangkat sendiri. Umumnya, jalur yang dipilih ialah memasuki Malaysia lewat jalur tidak resmi melalui perantara tekong sebab biaya dapat dibayar belakangan dengan jalan potong gaji.

Punya kendaraan sendiri yang biasa digunakan mengantar penumpang ke Surabaya, jadi keuntungan buat Edi untuk mulai banting setir menekuni profesi sebagai tekong, penyedia jasa pemberangkatan tenaga kerja yang sekarang disebut Pekerja Migran Indonesia (PMI).

“Tapi sekarang sudah enak daripada dulu. Kalau dulu kita masih sering kena razia di Suramadu. Sekarang sudah gak ada, kita koordinasi juga sekarang,” ujar Edi, yang ditemui sambil menunggu mobilnya selesai dicuci di tempat pencucian sekitar terminal Kota Sumenep, 12 Februari lalu.

Ia kemudian mengaku telah memiliki orang dalam, baik di Imigrasi maupun Kepolisian sehingga proses pemberangkatan mereka yang akan bekerja di Malaysia tersebut sangat mudah. “Sekarang sudah seperti jalan tol pokoknya,” katanya.

Pemuda Sumenep yang telah memiliki seorang putri balita itu lalu menjelaskan, jika dirinya selaku tekong bertanggung jawab mulai dari membantu pembuatan paspor hingga memesankan tiket pesawat menuju Batam.

“Kita anter ke Imigrasi untuk foto paspor, habis itu kita pesankan tiket ke Batam. Sementara menunggu jadwal penerbangan, biasanya satu hari setelah terima paspor, mereka kita tempatkan dulu di penampungan di Surabaya,” ungkapnya.

Setibanya di Batam, para calon tenaga kerja tersebut melanjutkan perjalanan masuk ke Malaysia. “Di Batam sudah ada pengurusnya bang. Pengurus di sana tanggung jawab sampai mereka masuk di kongsi (Semacam Bedeng, atau pondok pekerja, red),” terangnya.

Namun selama menjadi tekong, kata Edi, tak selama berjalan mulus karena dirinya hampir pernah tertangkap ketika membawa para calon tenaga kerja dalam jumlah banyak. “Waktu itu saya ceroboh,” kenangnya sambil tertawa ringan.

“Pas bawa rombongan banyak, saya pakai mobil Elf langsung masuk ke Kantor Imigrasi. Biasanya mereka itu saya pecah pecah,saya  pesankan Grab masuk satu persatu ke Imigrasi (Untuk foto paspor, red),” kata Edi.

Beruntung baginya yang sedang berada di toilet ketika rombongan yang dibawa dihampiri petugas Imigrasi. “Ditanya siapa pengurusnya, Alhamdulillah mereka gak ada yang bilang, tapi saya sudah ambil langkah seribu begitu saya lihat mereka dikerubungi petugas,” ucapnya.

Dari satu orang yang diberangkatkan, Edi mendapat imbalan uang belasan juta rupiah. “Satu orangnya saya dapat delapan belas juta, tapi itu termasuk dengan pengeluaran seperti paspor, tiket pesawat dan lain-lain,” ungkapnya.

“Pengurus di Batam empat juta setengah, tiket Surabaya Batam satu delapan (satu juta delapan ratus ribu, red), belum biaya paspor, dan setoran-setoran itu Bang. Pokoknya saya terima bersih sisa tiga juta,” bebernya.

Uang tersebut didapatnya dari pemilik proyek di Malaysia yang butuh tenaga kerja dan menghubunginya. “Saya membiayai duluan. Nanti kalau mereka sudah aman masuk ke Malaysia baru saya di transfer bang,” pungkasnya mengakhiri perbincangan.

Meski beresiko tinggi, Pemuda Sumenep itu mantap memilih untuk melakoni pekerjaan sebagai tekong yang mampu memberangkatkan rombongan pencari kerja lewat pintu belakang hingga dua sampai tiga kali per bulannya.