SuaraMadura.id – Masyarakat dan tokoh Pulau Sapudi, Sumenep, Madura, ingin Perusahaan Husky – CNOOC Madura Limited (HCML) angkat kaki karena diduga sebagai penyebab gempa.
Pada Senin, (30/9) lalu, sekira pukul 23.49 WIB. Gempa dengan magnitudo 6 skala richter yang berpusat di dasar laut tak jauh dari Pulau Sapudi mengguncang wilayah Madura dan sekitarnya.
Semenjak itu, dalam dua pekan terakhir, setidaknya telah terjadi lima kali gempa susulan dengan yang terjadi terakhir hari ini, Jumat (17/10) pagi. Pusat gempa pun masih sama, dekat Pulau Sapudi.
Meningkat tajamnya frekuensi gempa yang terjadi belakangan ini, kata tokoh pemuda Pulau Sapudi, Fero Feriyanto, diduga berkaitan erat dengan peningkatan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan migas HCML. “Kami menduga kuat seperti itu,” katanya. Jumat (17/10).
“HCML mulai beroperasi di Pulau Sapudi pada tahun 2017. Dan pada 2018, terjadi gempa pertama kali di Pulau Sapudi. Setelahnya, seperti yang kita ketahui mulai akhir bulan kemarin gempa terus melanda sampai terakhir tadi pagi,” ungkapnya.
Apalagi, lanjut Fero, pihak HCML selama in juga tidak pernah terbuka dan membuka seputar kegiatan apa saja yang dilakukan di lokasi pengeboran migas yang berjarak kurang lebih 14 km dari Pulau Sapudi itu.
Akibat gempa berulang yang menggoyang Pulau Sapudi, tidak kurang dari 600 rumah warga yang terdampak, mulai dari rusak ringan seperti retakan di dinding hingga rumah yang roboh.
“Oleh sebab itu, kami segenap warga dan tokoh masyarakat Pulau Sapudi berencana akan segera melakukan aksi yang menuntut HCML segera hengkang dari Pulau Sapudi,” tegas Fero.
Sementara, perwakilan HCML di Sumenep yang dihubungi tidak dapat memberikan tanggapannya terkait dugaan perusahaan migas tersebut menjadi penyebab gempa di Pulau Sapudi.
