Ekonomi

Presiden Joko Widodo Akan Umumkan Kenaikan BBM Subsidi Minggu Depan

182
×

Presiden Joko Widodo Akan Umumkan Kenaikan BBM Subsidi Minggu Depan

Sebarkan artikel ini

SuaraMadura.id – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menyampaikan jika pekan depan Presiden Joko Widodo akan mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Luhut Binsar Panjaitan mengungkapkan kenaikan harga Pertalite dan Solar dilakukan lantaran pemerintah telah memberi subsidi yang besar untuk energi hingga membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) begitu kuat.

“Nanti mungkin minggu depan Presiden akan mengumumkan mengenai apa bagaimana kenaikan harga ini,” ujarnya di Universitas Hasanuddin, Makassar, seperti dikutip dalam video YouTube pada Jumat, 19 Agustus 2022.

Presiden Joko Widodo, kata Luhut, telah memberi indikasi bahwa pemerintah tidak mungkin mempertahankan besarnya subsidi energi. Karena harga BBM di Indonesia adalah yang termurah. “Kita jauh lebih murah dari yang lain dan itu beban APBN yang besar kita,” ucapnya.

Sebelumnya pemerintah sudah memberikan sinyal akan naiknya harga BBM bersubsidi. Sinyal itu menguat setelah anggaran subsidi dan kompensasi energi membengkak sampai Rp 502 triliun.

Melansir Tempo, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memperkirakan harga Pertalite akan naik dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10 ribu per liter. Artinya, inflasi 2022 bisa menembus 6-6,5 persen secara year on year.

Adapun dampak kenaikan BBM menurutnya akan dirasakan langsung oleh masyarakat. Seperti, penurunan daya beli masyarakat hingga mendorong bertambahnya jumlah orang miskin baru.

“Karena konteksnya masyarakat saat ini sudah menghadapi kenaikan harga pangan, dengan inflasi mendekati 5 persen,” kata Bhima saat dihubungi pada Rabu, 17 Agustus 2022.

Menurut Bhima di tengah pemulihan ekonomi setelah pandemi Covid-19, kenaikan harga BBM bisa memberikan pukulan berat bagi masyarakat. Ditambah, saat ini ada 11 juta lebih pekerja yang kehilangan pekerjaan, jam kerja dan gaji dipotong, hingga dirumahkan.

“Belum lagi ada 64 juta UMKM yang bergantung dari BBM subsidi,” ujarnya. Jika situasi itu diperberat dengan kenaikan harga BBM bersubsidi, ia khawatir tekanan ekonomi untuk 40 persen kelompok rumah tangga terbawah akan semakin dalam.

Ia berujar pemerintah perlu memikirkan efek kenaikan harga BBM bersubsidi ke UMKM. Sebab saat ini, penikmat BBM bersubsidi bukan hanya pengguna kendaraan pribadi, tapi juga untuk kendaraan operasional UMKM.