SuaraMadura.id – Akhir pekan pertama di bulan Januari 2023. Melihat dari dekat tempat penampungan sementara (TPS) sampah yang berlokasi di dalam wilayah Kota Keris sekaligus mengamati hasil kerja DLH Sumenep, menjadi opsi habiskan waktu.
Bukan tanpa sebab. kinerja DLH Sumenep terlihat menurun dari waktu ke waktu, kenyamanan suasana Kota Keris dengan kebersihan dan keindahan yang sempat ada beberapa tahun belakangan sirna, berganti kumuh dan lusuh.
Berjalan pelan dengan skutik retro keluaran pabrikan besar pada tahun 2000-an saat matahari mulai agak terik, jam sepuluh pagi. Daerah Lingkar Timur Kota Keris atau yang biasa disebut Talangan, jadi tujuan awal.
Di pinggiran tambak milik PT Garam yang tak lagi berfungsi, tepat di sebelah selatan pertigaan menuju perumahan yang status tanahnya sedang jadi atensi Polda Jatim, ada TPS milik DLH Sumenep yang agak mengganggu jalan.
Nampak tiga orang, sepertinya petugas DLH Sumenep, masih sibuk memilah dan memilih sampah yang didominasi limbah rumah tangga. Aroma busuk datang dan pergi mengikuti arah angin muncul dari TPS tersebut.
Setelah mengambil beberapa dokumentasi, perjalanan berlanjut ke utara, melewati kantor RRI, Diskop Perindag UMKM, Polres dan Satpol PP Sumenep, di Jalan Urip Sumoharjo. Daun kering berserakan di kiri dan kanan badan jalan mengusik mata.
Di simpang lima ujung Jalan Urip Sumoharjo dan Jalan Ahmad Yani, TPS DLH lainnya di dalam Kota Keris berada, tidak jauh dari kediaman Ketua Banggar DPR RI, Moh. Said Abdullah. Kelihatan juga penuh serakan daun kering di trotoar depan rumah politisi nasional itu.
Keberadaan TPS DLH di simpang lima Kampung Arab tersebut telah berungkali dikeluhkan masyarakat, baik oleh warga setempat maupun pengendara yang melintas dan harus terjebak lampu merah, persis di depan tempat sampah berada.
Bukan apa, bau menyengat khas sampah tak mungkin terhindarkan. Syukur jika mengendarai mobil ber AC, apesnya jika hanya mampu beroda dua dipastikan melatih indera penciuman untuk tabah.
Dilihat dari anggaran DLH Sumenep yang bernilai belasan miliar tiap tahunnya. Alokasi untuk pengelolaan sampah se-kabupaten malah menambah pertanyaan, cukup 2 miliar saja per tahun.
Anggaran hampir dua puluh miliar habis tersedot guna membayar tenaga honorer yang dari pengakuan Arif Susanto, 16 Agustus 2022 saat ditemui di kantornya, sebagian besar merupakan titipan OPD lain.
Solusi relokasi TPS DLH di dalam Kota Keris nampaknya belum bisa diemban sang kepala dinas, Arif Susanto, yang sebelumnya jabat Camat Rubaru. Lebih banyak beretorika ketimbang kerja nyata.
Seperti keterangannya di tanggal 21 Juli 2022 mengenai penempatan kontainer sampah pasar di empat kecamatan Sumenep, yakni Lenteng, Batuan, Ganding dan Ambunten. Miskin kreasi.
Arif mengungkapkan saat itu, pihaknya masih mengalami kesulitan dalam penempatan kontainer. Sebab, peletakan kontainer harus berdiri di atas tanah Negara, Kabupaten maupun Desa dengan mendapat persetujuan.
“Jika ada tanah yang dihibahkan, kami siap untuk menempatinya,” kata Kepala DLH Sumenep, dilansir media online milik pemkab, Kamis (21/7/22). Sulit untuk menahan senyum apalagi tawa, melihat statement Arif tersebut.
Manakala persoalan sampah perkotaan belum terurus dengan baik, malah bergaya dan menunggu ada yang menghibahkan tanahnya untuk ditempati kontainer sampah, tentunya memperlihatkan ketidakmampuan manajerial Kepala DLH.
Rasanya, Bupati Achmad Fauzi harus lebih serius memperhatikan persoalan pengelolaan sampah, apalagi memasuki tahun politik. Mengganti Kepala DLH Sumenep bisa jadi opsi untuk merubah wajah Kota Keris yang kini kumuh dan lusuh.