SuaraMadura.id – Terus didorong oleh Bupati Achmad Fauzi, diikuti Anggota DPRD Jatim yang seolah tak mau ketinggalan, ikut angkat bicara mengenai reaktivasi kereta api Madura. Menjadikannya isu seksi berbau sensasi penuh diksi.
Didirikan pertama kali pada zaman kolonial oleh Madoera Stoomtram Maatschappij, N.V. (disingkat MdrSM) di tahun 1897. Perusahaan Londo itu mendapat izin pembangunan jalur kereta api Madura sejauh 150 km, yang kemudian berkembang hingga 225 km.
Sebagai penarik gerbong-gerbong besi kereta api Madura, didatangkan lokomotif trem uap buatan tahun 1897-1898 dari Hartmann, Jerman yang kelak diberi nomor C31 pada zaman pendudukan Jepang. Selain itu, MdrSM juga memiliki armada dari Hohenzollern.
Dibuatlah Stasiun Kamal di ujung barat Madura dan Stasiun Kalianget di Sumenep yang merupakan stasiun ujung, sedangkan Stasiun Kwanyar merupakan stasiun cabang untuk menunjang jalur kereta api Madura tersebut.
MdrSM juga melayani transportasi antarmoda lanjutan bersama Staatsspoorwegen, seperti penyeberangan kapal feri Kalianget–Panarukan maupun Kamal–Surabaya untuk menunjang pelayanan kereta api Madura.
Pada tahun 1936-1937, ruas Tanah Merah–Kwanyar dan Pamekasan–Kalianget ditutup karena MdrSM tidak dapat memperoleh untung dari lintas tersebut. Kemudian Jalur Kalianget–Pamekasan dibongkar Jepang untuk kepentingan perang di Burma.
Dikarenakan kecepatan lokomotif uap hanya sekitar 3 kilometer per jam. Jarak Pamekasan-Bangkalan dan sebaliknya harus ditempuh sehari semalam. Penumpang sampai harus bermalam di stasiun untuk menunggu kedatangan kereta api Madura dari Bangkalan.
Setelah terus mengalami kerugian akibat kalah bersaing dengan mobil pribadi dan angkutan umum, PJKA memutuskan menutup penuh seluruh jalur kereta api Madura pada tahun 1984. Prasarana pendukungnya pun tak lagi digunakan sepenuhnya sejak tahun 1987.
Tak cuma gerbong untuk mengangkut penumpang. Kereta api Madura ber-lokomotif uap kala itu, juga mengangkut barang dagangan dan komoditas pertanian seperti tembakau serta hewan ternak.
Namun seiring perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi, jangan dibayangkan kereta api Madura nantinya hanya mampu mengangkut penumpang dan barang remeh temeh. Begitu pula dengan kecepatan tempuhnya.
Seperti terlihat pada kereta api di daerah Jawa. Selain gerbong penumpang, tak jarang lokomotif KAI menarik kontainer, tangki BBM hingga barang tambang dan bahan kimia berbahaya lainnya.
Berbagai macam komoditi dan logistik dapat diangkut si ular besi sekali jalan dalam tempo singkat. Jelas laju perkembangan ekonomi masyarakat Pulau Garam semakin laju dengan keberadaan kereta api Madura.
Pernyataan Bupati Achmad Fauzi tentang dihidupkannya kembali kereta api Madura dapat mendukung pergerakan ekonomi masyarakat Madura. mungkin bagi mereka yang berdomisili di luar Sumenep, terdengar seperti gagasan spektakuler, visioner, cocok sebagai calon kuat Jatim 2
Tetapi tidak bagi warga Kepulauan Sumenep. Karena apa yang disampaikan mantan wakil bupati di era KH. A. Busyro Karim tersebut, menambah kepiluan susahnya menikmati transportasi layak. Lebih sering ala kadarnya atau ada maunya.
Bagi mereka, yang juga masyarakat Sumenep, meskipun dipisahkan oleh jarak lautan. Bupati Achmad Fauzi terlihat sedang ambil ancang-ancang untuk melompat lebih tinggi. Jadi lebih menguntungkan kereta api Madura ketimbang transportasi menuju Kepulauan.
Mas Badrut Tamam, Bupati Muda Pamekasan, hanya berkomentar irit ketika diminta tanggapannya mengenai reaktivasi kereta api Madura. “Sulit dijelaskan dengan kata-kata,” jawabnya.