Editorial

Sampah di Sapeken Temukan Jalan Kembali Pulang

488
×

Sampah di Sapeken Temukan Jalan Kembali Pulang

Sebarkan artikel ini
Sampah di Sapeken Temukan Jalan Kembali Pulang
Sampah di Sapeken Temukan Jalan Kembali Pulang. Foto/Istimewa.

SuaraMadura.id – Estafet tongkat kepemimpinan baik tingkat kecamatan maupun desa telah berlangsung. Namun persoalan sampah di Pulau Sapeken, Sumenep, Madura, tak kunjung temukan jalan keluar.

Seolah protes, tumpukan sampah, didominasi plastik yang selama ini dibuang ke laut itu seperti temukan kembali jalan pulang ke daratan Sapeken, saat alam mengamuk sajikan cuaca buruk.

Tersebar melalui bermacam aplikasi sosial media pada 24 Desember 2022, rekaman audio visual yang memperlihatkan kondisi Desa Sapeken dikepung sampah yang dibawa ombak ke darat.

Sebagai ibukota kecamatan, luasan Pulau Sapeken berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019 yakni 2,12 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 8.501 jiwa.

Padatnya penduduk tersebut otomatis berbanding lurus dengan sampah yang dihasilkan setiap harinya, baik dari rumah tangga maupun usaha skala rumahan lainnya.

Akan tetapi, sudah menjadi kebiasaan masyarakat Desa Sapeken sejak puluhan tahun lalu membuang sampah begitu saja ke pinggir laut. Maklum, tak ada TPS ataupun TPA.

Harapan sempat terbersit pada tahun 2020 terbangun Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R), berlokasi di belakang Kantor Kecamatan Sapeken.

Melalui TPS3R asa masyarakat terhadap persoalan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sampah dapat dikurangi, serta bisa menghasilkan produk-produk bernilai ekonomis setelah diolah lebih lanjut.

Hasilnya, tidak pernah terwujud sampai sekarang. Semangat TPS3R tidak bisa diimplementasikan karena hanya fisik bangunan mirip parkiran dan Odong-odong yang ada.

Tanpa adanya mesin pencacah sampah dan pengayak kompos. Alasannya, anggaran terserap habis untuk pembangunan tangkis laut dekat TPS3R berada.

Odong-odong yang mengangkut sampah dari masing-masing rumah tangga, meski tidak seluruhnya. Akhirnya cuma bisa menumpuk hasil angkutannya ataupun lagi-lagi, dibuang ke laut.

Pemerintahan Kecamatan Sapeken pun nampak acuh tak acuh terhadap keberadaan TPS3R. Apalagi pihak pemerintah desa setempat. Bodo amat, mungkin begitu pikirnya.

Padahal, total dana desa Sapeken tembus lebih dari 1 miliar pertahunnya, rasanya lebih dari cukup guna menciptakan solusi persoalan sampah yang mendesak.

Secara kasat mata, tidak ada pembangunan fisik yang urgent di Desa Sapeken. Pemberdayaan masyarakat juga berjalan di tempat. Lalu, kenapa tidak fokus ke sampah?

Semuanya kembali kepada program skala prioritas Pemerintah Desa Sapeken, dan kepedulian kuncinya. Sebelum sampah-sampah tersebut temukan jalan kembali pulang.

Sosok Achsanul Qosasi di Mata Sahabat
Editorial

SuaraMadura.id – Penetapan tersangka Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) Achsanul Qosasi oleh Kejaksaan Agung kejutkan banyak…

Antara Suap dan Pemerasan
Editorial

SuaraMadura.id – Suap dan pemerasan memiliki banyak kesamaan. Keduanya sama-sama memiliki unsur janji atau bertujuan menginginkan sesuatu dari pemberian tersebut, serta…