SUMENEP – Safari Kepulauan Bupati Sumenep di Desa Paliat, Kecamatan Sapeken, Sumenep, Madura, Jum’at (3/6). Dinilai minim manfaat, bahkan ada yang menganggap tak lebih dari sekedar sebuah seremonial belaka.
Padahal, dengan besarnya anggaran dan bengkaknya rombongan Safari Kepulauan Bupati Sumenep, katanya bertujuan untuk menyerap aspirasi secara langsung dari masyarakat kepulauan yang berada jauh dari radar pemkab selama ini.
Nyatanya, lebih mirip Show Force alias acara gagah-gagahan semata. Bagaimana tidak, penyambutan mewah dengan berbagai macam suguhan atraksi dan jamuan makan di Halaman Kecamatan Sapeken, terkesan jauh dari keinginantahuan problem masyarakat secara utuh.
Baca juga: Kondisi Riil Desa Paliat Terlewatkan, Lebih Baik Zoom Daripada Safari Kepulauan
Belum lagi jika berbicara ketika Bupati Sumenep hadir di Desa Paliat. Digiring mendengarkan aspirasi warga di satu lokasi beratapkan tenda, tak ubahnya seperti ada acara hajatan yang penuh dengan keterbatasan. Kalau boleh dibilang mirip Pagelaran Ludruk.
Andai saja Safari Kepulauan Bupati Sumenep kali ini mau melihat langsung ke bawah menemui masyarakat Kepulauan Sumenep, khususnya warga Desa Paliat. Mungkin kegiatan yang bertujuan serap aspirasi itu akan lain ceritanya.
“Kami hanya bisa menyerahkan 10 poin aspirasi warga Desa Paliat kepada Pak Bupati di atas Dermaga Tanjung-Paliat yang sudah ambruk,” ujar Asri Ketua Komunitas Paliat Bersatu, Jum’at (3/6) malam.
Sebenarnya, lanjut Asri, mereka meminta Bupati Sumenep untuk lewat darat menuju Balai Desa Paliat, agar bisa melihat langsung rusak parahnya jalan dari Dusun Tanjung sampai ke Dusun Burungbung.
“Tapi karena keterbatasan waktu akhirnya permintaan itu tidak bisa terpenuhi. Di atas speed boot sebelum meninggalkan Dermaga, Bpk Bupati sempat bilang, ‘Nanti saya datang lagi dan lewat darat’. Kami berharap dapat terwujud,” ungkap Asri penuh harap.
Baca juga: Dikonfirmasi Jual Pertalite Lampaui HET, PT Sumber Alam Sapeken Pemilik SPBU Gayam Bertingkah Arogan
Kemudian, Asri mengirimkan dokumentasi berbentuk audio visual tentang kondisi sebenarnya yang ada di Desa Paliat. “2 periode kepemimpinan Kades Maharuddin,” tambahnya melengkapi caption.
Dari dokumentasi yang dikirim Ketua Komunitas Paliat Bersatu ke meja redaksi, terungkap betapa mirisnya kehidupan warga Paliat selama 2 periode kepemimpinan kadesnya, Maharuddin.
Edi LAKI terlihat sediikit berair ujung matanya ketika kami perlihatkan video tentang kondisi Desa Paliat. “Seperti ini masih ada di Sumenep, dan Safari Kepulauan tidak bisa melihatnya secara langsung,” ucapnya geram. Jum’at (3/6).
Edi LAKI kemudian mempertanyakan esensi sebenarnya dari Safari Kepulauan yang dilakukan Bupati Sumenep, yang menurutnya hanya buang-buang anggaran serta tak lebih hanya sekedar seremonial belaka tanpa makna.
Sementara, Camat Sapeken, Aminullah yang dimintai tanggapannya terkait rekaman audio visual apa yang ada di Desa Paliat mengaku akan berupaya dalam perencanaan pembangunan desa tahun 2023.
Baca juga: Safari Kepulauan Bupati Sumenep Diwarnai Anggapan Pilih Kasih
“Bupati akan coba menganggarkan di PAK, kalau APBD mampu kalau tidak akan dianggarkan di 2023, kami tim kecamatan masih menunggu surat resmi dari DPMD utk melakukan sosialisi perencanaan pembangunan 2023 di masing masing desa termasuk yang Paliat,” jawabnya, Sabtu (4/6).
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kabupaten Sumenep, HR.Tatang, SH. ikut mengomentari Safari Kepulauan Bupati Sumenep yang hanya dialkukan setahun sekali.
“Sayangnya kunker bupati kok hanya setahun sekali ke kepulauan neser, coba 3 kali per triwulan akan lebih banyak hal serapan kunker yang bisa dianggarkan di APBD tahun berikutnya, kebijakan politik pencitraan harus dirubah,” ketiknya lewat WhatsApp, Sabtu (4/6).
Selain Safari Kepulauan Bupati Sumenep yang dianggap berbagai pihak minim manfaat, berhembus kabar kurang mengenakkan mengenai adanya sumbangan dari para kades yang bertempat di Kecamatan Sapeken.
“Ya ada partisipasi sedikit lah untuk bantu acara sambutan kedatangan bupati di Kecamatan Sapeken,” ungkap salah satu kades yang meminta dirahasiakan identitasnya. Sabtu (4/6).
Menurut kades lain yang juga dikonfirmasi, partisipasi tersebut diberikan sebagai wujud kebersamaan karena biar bagaimanapun pihak Kecamatan Sapeken adalah orang tua para kades. “Bentuknya sukarela tidak ada permintaan dari Camat,” ujar kades yang lain. Sabtu (4/6).
Meskipun tidak ada tekanan dari Camat Sapeken dan partisipasi yang diberikan para kades adalah bentuk kesadaran dan ikhlas, dapat dikatakan bahwa Safari Kepulauan Bupati Sumenep yang tidak jelas, seperti yang terjadi di Desa Paliat hanya akan menjadi beban bagi daerah yang dikunjungi.