SuaraMadura.id – Banyaknya Pabrik es di Sapeken, Sumenep, Madura, yang beroperasi menggunakan solar bersubsidi dinilai jadi faktor berkurangnya jatah bahan bakar minyak (BBM) bagi nelayan setempat.
Setidaknya ada 4 (empat) pabrik es yang berada di Desa Sapeken dari total 10 (sepuluh) yang tersebar di desa lain se-Kecamatan Sapeken yang menggunakan BBM jenis solar bersubsidi.
Pabrik es di Sapeken yang termasuk skala industri tersebut memproduksi es balokan yang biasa digunakan para nelayan Sapeken guna mengawetkan ikan hasil tangkapannya.
Padahal sebagai industri sudah semestinya pabrik es di Sapeken harus menggunakan bahan bakar industri dan tidak boleh memakai BBM bersubsidi sesuai dengan regulasi yang berlaku.
Namun berdasarkan keterangan narasumber berinisial SM, pabrik es yang berada di Sapeken dan sekitarnya menggunakan BBM jenis solar bersubsidi dalam kegiatan produksinya.
“Tidak ada pabrik es di Sapeken yang menggunakan BBM industri mas. Semuanya menggunakan solar subsidi,” ujar SM sambil berbincang santai di halaman rumahnya. Minggu (23/4/23).
Narasumber yang merupakan seorang pengusaha muda itu kemudian menambahkan, penggunaan solar subsidi pada pabrik es di Sapeken tidak membuat harga jual es balok murah.
Bahkan, rata-rata es balok hasil produksi pabrik es di Sapeken, rata-rata dijual dengan harga berkisar antara 25 – 27 ribu rupiah. “Lebih mahal kalau pakai sistem tembak, 27 ribu,” kata SM.
“Pembelian es balok di pabrik itu kan sudah terdaftar kalau pembeli butuh cepat bisa pakai sistem tembak, harganya 27 ribu rupiah. Dengan sistem tembak pembeli gak perlu antri,” ungkapnya.
Untuk memastikan keterangan dari SM jika pabrik es di Sapeken gunakan solar bersubsidi maka awak media memutuskan melakukan penelusuran langsung ke lapangan keesokan harinya.
Benar saja. Dari hasil penelusuran di lapangan didapatkan bahwasanya pada salah satu pabrik es kepunyaan HK (inisial) terlihat empat drum berisi solar subsidi diletakkan di samping mesin genset.
Saat disambangi ke kediamannya guna konfirmasi terkait solar subsidi yang digunakan pada industri miliknya, HK sedang tidak di tempat. Dihubungi lewat nomor WhatsApp pribadinya juga tak merespon.
Penggunaan solar subsidi pada pabrik es HK tentunya mudah saja didapatkan, mengingat yang bersangkutan juga diketahui sebagai pemilik salah satu dari dua APMS yang ada di Sapeken.
Selain itu, digunakannya solar subsidi untuk kegiatan industri dalam hal ini pabrik es di Sapeken, juga menyalahi regulasi dan mengurangi serta mengambil hak mereka para nelayan.