Scroll untuk baca artikel
Sosial

Menguak Bisnis Esek-esek Online di Sumenep

1155
×

Menguak Bisnis Esek-esek Online di Sumenep

Sebarkan artikel ini
Menguak Bisnis Esek-esek Online di Sumenep
Menguak Bisnis Esek-esek Online di Sumenep. Ilustrasi/© Redaksi

[tps_header][/tps_header]

SUMENEP – Membeli barang, memesan tiket hingga layanan perbankan adalah contoh kemajuan teknologi internet yang menjadikan sesuatu praktis dan mudah, hanya dengan satu klik. Begitu juga jasa pemuas birahi, kini bisa dilakukan secara online.

Scroll Keatas Untuk Melanjutkan.
Hub Kami Untuk Kerjasama .

Penyedia jasa prostitusi yang lazim disebut juga esek-esek, jeli melihat peluang dari masifnya pengguna sosial media yang butuh kehangatan seksual. Memanfaatkan aplikasi perpesanan, bisnis esek-esek online seolah menjadi rahasia umum, tak terkecuali bagi warga Sumenep.

Status Madura, termasuk Sumenep, yang dikenal daerah dengan banyak kyai dan santri, tidak membuat pelaku bisnis esek-esek online khawatir ataupun berpikir dua kali melebarkan sayapnya di daerah yang terletak di ujung timur pulau garam.

Baca Juga :

Penyaluran BLT DD Pagerungan Besar Diharap Jadi Contoh Desa Lain

 

Kami pun mencoba menelusuri keberadaan bisnis esek-esek online di Sumenep yang dengan media salah satu aplikasi perpesanan dengan latar warna hijau terang. Pertama, tentu saja dengan mengunduhnya dari app store, pada Senin (28/3) malam.

Selesai men-download dan membuat akun, kami mulai berselancar di dunia maya aplikasi ijo terang itu. Nampak puluhan akun wanita di seputaran Kota Sumenep, berstatus open bo alias buka order booking dalam dunia bisnis esek-esek online.

Adanya fitur global positioning system (GPS) pada aplikasi tersebut, membuat mudah mengetahui keberadaan posisi para pengguna. Keunggulan teknologi itu lah yang jadikan bisnis esek-esek online Sumenep semakin gampang.

Kurang lebih belasan akun penyedia binis esek-esek online yang kami ajak berkomunikasi, karena keberatan mentransfer uang terlebih dahulu maka opsi cod atau bayar di tempat kami pilih. Akhirnya tercapai lah kesepakatan dengan dua akun, panggil saja Melati dan Mawar.

Keduanya berlokasi di hotel berbeda di daerah Kota Sumenep, sebut saja hotel A tempat Melati dan hotel B yang dipilih Mawar sebagai lokasi bisnis esek-esek online yang ditawarkan kepada pelanggannya.

Setelah dipertimbangkan, kami putuskan menembus dinginnya hawa dini hari menuju hotel A tempat Melati, yang bertarif 300 ribu, biasanya merupakan pilihan bagi penikmat hasrat duniawi kelas menengah ke bawah di kota besar. Selesainya barulah kami akan menemui Mawar.

Setibanya di hotel A, Melati kemudian mengirimkan lokasi kamar dia berada yakni, 222. Terlihat tiga orang pria, salah satunya tegap dan berotot berkumpul di depan samping kamar yang kami tuju. Disinyalir mereka satu group yang bertugas mengamankan penyedia bisnis esek-esek online di hotel itu.

Menguak Bisnis Esek-esek Online di Sumenep
Melati (inisial) perempuan penyedia jasa esek-esek online di Sumenep, Madura. Foto/© Redaksi

Di dalam kamar, Melati yang menutupi tubuhnya hanya menggunakan selembar handuk, sempat terkejut saat kami perkenalkan diri dan menyampaikan jika kami hanya berniat melakukan wawancara dengannya. Tetapi tetap akan memberikan uang sejumlah yang telah disepakati sebelumnya.

Berpikir sejenak, Melati pun mengangguk tanda setuju dengan syarat, tidak mengambil gambar dirinya. Pintu kamar sengaja dibiarkan sedikit terbuka saat wawancara dengan perempuan berusia 32 tahun itu berlangsung. Dimulai dengan apa yang jadi alasannya bergelut dalam bisnis esek-esek online

“Saya baru 4 hari mas, bekerja seperti ini, awalnya di spa daerah Mojokerto. Ini yang di samping kamar (Sambil menunjukkan jarinya, red), maminya tempat saya kerja di spa, saya kenal di Facebook sama mami,” kata Melati. Selasa (29/3) dini hari.

Mengaku banyak hutang untuk biaya hidup saat menjanda, Melati lalu tak menolak ketika ditawari bekerja lebih dari yang biasa ia lakukan di spa kepunyaan mami-nya tersebut. “Di spa saya biasanya cuma pijit, kalau ada yang mau plus mami yang layani. Tapi kalau cuma pijit uangnya kecil, terus mami nawarin kesini (Sumenep, red),” bebernya.

Dari pengakuannya, Melati sudah melayani 2 pria hidung belang sebelum kedatangan kami. Ia lantas bercerita bahwa ditinggal pergi suami terakhirnya, 3 bulan setelah melahirkan. “Saya bercerai dengan suami tahun 2019, punya 2 anak laki-laki. Akhir tahun 2020 saya dinikahi siri seorang anggota militer, dapat 1 anak laki-laki usia sekarang baru 6 bulan mas,” terang dia.

Menguak Bisnis Esek-esek Online di Sumenep
Alat kontrasepsi bekas yang digunakan pelanggan bisnis esek-esek online di salah satu hotel di Sumenep. Foto/© Redaksi

Kenapa tidak memilih pekerjaan lain, Melati menjelaskan, kalau dirinya tidak memiliki ijazah sehingga kesulitan untuk bisa bekerja formal. “Kalau hutang saya lunas, saya mau berhenti mas, saya juga ga mau kerja seperti ini terus. Apalagi rugi sebenarnya mas, saya cuma dapat separuh dari uang yang diberikan pelanggan,” ungkap dia.

Waktu yang telah menunjukkan pukul 3 dini hari, membuat kami teringat kalau ada kesepakatan lain dengan penyedia bisnis esek-esek online di hotel B. Perbincangan bersama Melati terpaksa harus kami akhiri dan mulai melangkahkan kaki guna mewawancarai Mawar.

Tiba di hotel B, kami kembali mengontak Mawar lewat aplikasi ijo terang guna menanyakan nomor kamar tempatnya berada. Namun, ia meminta agar kami menghubungi papi di nomor WA yang dikirimnya.

Saat panggilan tersambung, terdengar suara laki-laki berlogat Sulawesi menyapa dan memperkenalkan diri sebagai koordinator penyedia jasa esek-esek online di hotel B dan meminta kami untuk mentransfer uang senilai tarif yang disepakati, 600 ribu, sebelum dapat bertemu dengan Mawar.

“Mohon maaf bapak saya baru saja pulang, jadi bapak bisa bayar mentransfer uang bookingan yang disepakati, baru Mawar akan turun menjemput bapak. Jangan khawatir pak, kami koordinator resmi yang bekerjasama dengan manajemen hotel,” ujar pria bernama Jufri, mencoba meyakinkan kami, Selasa (29/30) dini hari.

Tidak sesuai dengan apa yang menjadi kesepakatan saat transaksi bisnis esek-esek online di aplikasi ijo terang, tentu saja kami menolak dan mencoba meminta penjelasan dari Mawar. “Iya kakak, soalnya papi baru aja pulang jadi kakak harus transfer dulu. Kakak kelamaan sih datangnya,” jawab dia.

Keinginan untuk dapat mewawancarai Mawar urung tercapai akibat tidak ada titik temu antara kami dengan Jufri. Suara Quro’ dari masjid berkumandang menemani langkah kami meninggalkan hotel B, sekaligus mengakhiri penelusuran bisnis esek-esek online di Sumenep.