SUMENEP – Taman air mancur dan kolam bernilai puluhan miliar yang berada di dalam komplek kantor pemerintah kabupaten (Pemkab) Sumenep, Madura, beralih fungsi menjadi sebuah tempat sampah mewah.
Awalnya, kolam dan taman keluarga di komplek kantor Pemkab Sumenep yang kini disebut tempat sampah mewah, adalah spot favorit warga masyarakat Kota Keris. Mulai dari keluarga yang sekedar bersantai bersama putra putrinya, sampai kawula muda yang berfoto ria untuk diunggah ke media sosial.
Pemandangan berbeda kini jelas terlihat, masyarakat mulai enggan datang. Secara kasat mata, kondisinya yang kotor dan tak terawat diyakini menjadi salah satu sebab mengapa antusias yang dulu ada kini menghilang. Bahkan, tempat sampah mewah lebih cocok disematkan pada bangunan yang ikonik tersebut.
Baca Juga:
BPHTB Sumenep Dinilai Tak Konsisten, Cermin Arogansi Kekuasaan dan Perda Banci
Komentar mengenai kondisi taman dekat pintu masuk utama komplek kantor pemkab yang kotor dan berserakan sampah, datang dari salah seorang Tenaga Ahli (TA) Bupati Sumenep, saat bersua di sebuah tempat ngopi kawasan kota. Jum’at (1/4).
“Coba lihat sekitaran pintu masuk kantor Pemkab Sumenep, auranya sekarang berbeda seperti tidak terawat. Padahal, yang namanya pusat pemerintahan itu harus bersih, nyaman dan indah. Berbeda jauh dengan kantor pemkab di daerah lain,” ungkap dia.
Dari pengakuannya, ia telah menyampaikan keluhannya kepada salah satu kenalan di kantor Pemkab Sumenep, tanpa menyebutkan siapa yang dimaksud. “Saya sudah sampaikan ke kenalan saya di pemkab. Saya bilang kantor kok sekarang kotor, air mancurnya serta lampu-lampu di tulisan di pintu masuk sekarang tidak hidup,” katanya.
Lebih lanjut, bersama Ferry Saputra, arsitek kenamaan sekaligus pemerhati kebijakan dan pelayanan publik Kota Keris, kami pun mendatangi komplek kantor Pemkab Sumenep yang merupakan hasil karya rancangannya. Dimana, karyanya kini dalam keadaan tak terawat dan lebih mirip sebuah tempat sampah mewah.
“Kebetulan saya yang mendesain lingkungan kantor Pemkab Sumenep ini. Sengaja dibuat konsep terbuka dan humanis, biar berkesan welcome bagi siapa saja. karena bagaimana pun komplek perkantoran ini sejatinya tempat rakyat mengadu dan mendapat pelayanan dari pemerintah,” terangnya. Sabtu (2/4).
Ia menjelaskan, adanya beberapa taman yang memang sengaja didesain sebagai tempat rekreasi keluarga agar tempat ini juga bisa dinikmati oleh masyarakat Sumenep. Sekaligus taman tersebut berfungsi sebagai ruang terbuka hijau.
“Tapi sekarang kok begini kondisinya, tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Kalau begini kan masyarakat jadi tidak bisa menikmati fasilitas yang ada di komplek pemkab ini karena kondisinya sangat kotor dan tidak terawat,” sesal dia, terlihat dari raut di wajahnya.
Lebih lanjut, Ferry menyampaikan, awalnya kantor dinas bupati dan kantor OPD (Organisasi Perangkat Daerah) terpisah pisah, lalu ia membuat desain agar semua kantor bisa menyatu untuk memudahkan aksesbiltas pelayanan masyarakat dan koordinasi antar perangkat daerah.
“Kalau dulu iya, masing masing kantor bertanggung jawab terhadap areanya sendiri, namun sekarang kan sudah menyatu harusnya pengelolaan perawatannya juga jadi satu. Siapa yang berwenang saya tidak tahu, mungkin masuk kabag umum atau DLH (Dinas Lingkungan Hidup) untuk lingkungannya,” ujar dia.
Ferry lalu mengajak kami berkeliling areal tersebut sembari sesekali mengambil gambar, kami menuju ke lokasi tempat sampah mewah yang dipenuhi berbagai macam bungkus bekas dan plastik kemasan. “Awalnya tempat ini di desain sebagai kolam air mancur menari,” kata dia.
Baca Juga:
Dumas Karang Taruna Kabupaten Sumenep, Kurniadi: Mau Menjilat Bupati
Ferry mengaku, untuk menekan anggaran pada saat itu, beberapa titik fasilitas dalam lingkungan pemkab, dalam konsep desainnya bisa memakai CSR dari perbankan. Termasuk kolam yang sekarang menjelma jadi tempat sampah mewah.
“Mungkin belum ada CSR yang masuk makanya diberi air mancur seadanya, sepertinya juga lama tidak pernah diaktifkan air mancurnya. Bukan berarti lalu seenaknya kolam ini dialih fungsi jadi tempat sampah begini. Ini biaya bangunnya mahal lho mas, harusnya pemkab bisa menjaga titipan rakyat ini, bisa membuat berarti juga harus bisa merawatnya,” tambah dia.
Hal serupa juga ditemukan pada kondisi taman keluarga di sebelah barat pintu masuk utama bertuliskan The Soul of Madura, sangat kotor dan berdebu seperti bertahun tahun tidak pernah tersentuh perawatan. Air kolamnya samgat keruh dan banyak dipenuhi sampah, rumput liar tumbuh dimana mana, bungkus makanan dan minuman berserakan.
“Padahal tempat ini adalah wajah dari komplek perkantoran ini mas, sisi yang paling Instagramable. Saya pikir, kalau wajah dari limgkungan ini kotor, banyak sampah dan tidak terawat seperti ini, bukannya itu malah mencerminkan bahwa penghuni di dalamnya pasti juga tidak jauh beda dengan kondisi tempatnya,” sindirnya.
Terbersit pertanyaan, apakah kotornya areal perkantoran Pemkab tersebut berkaitan dengan kinerja tenaga kebersihan outsourcing Setdakab Sumenep, yang belum menerima gaji sejak 3 bulan terakhir?
Baca Juga:
Pekerja Outsourcing Setdakab Sumenep Hadapi Ramadan Saat Belum Gajian 3 Bulan
Apapun alasannya, pihak yang bertanggung jawab pada pengelolaan dan perawatan taman dan kolam di komplek kantor Pemkab Sumenep perlu lebih serius, agar tidak menjelma menjadi sebuah tempat sampah mewah.