SUMENEP – Temuan dispenser kosong alias tidak terisi BBM oleh Tim sidak Pertamina dan rombongan pada agen penyalur minyak dan solar (APMS) di Kepulauan Sapeken, Sumenep, Madura, bernomor registrasi 56.694.06, ternyata pernah terjadi sebelumnya.
Saat inspeksi mendadak (Sidak), Pertamina bersama rombongan yang terdiri dari Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Kabupaten Sumenep dan Unit Pidter Polres Sumenep, diketahui mendapati temuan kosongnya dispenser BBM APMS Sapeken dengan nomor 56.694.06 milik H. Ardi, pada, Selasa (29/3) lalu.
Melansir Tribun News (31/3/2018), persoalan BBM yang dikirim tanker Pertamina tidak dimasukkan ke dalam tanki APMS Sapeken, sehingga akibatkan dispenser kosong. Ternyata pernah terjadi sebelumnya pada medio 2018, seperti disampaikan Communication & CSR Marketing Operation Region V (MOR V) Pertamina kala itu, Rifky Rahman Yusuf.
“Karena ditengarai selama ini kapal tangker Pertamina yang mengirim BBM ke kepulauan termasuk tidak masuk ke tanki (APMS Sapeken, red), tetapi oleh APMS didistribusikan ke drum-drum milik pengepul dengan harga yang disepakati oleh APMS dan pengepul tersebut,” ujar Rifky Rahman.
Kemudian, lanjut Rifky, pengepul BBM tersebut mendistribusikan lagi kepada para pengecer-pengecer dengan harga diatas harga APMS kepada pengepul. Sehingga membuat harga jual kepada masyarakat menjadi melambung.
“Dari harga ke harga itulah, maka pada ujungnya ketika sampai ke konsumen masyarakat langsung, harganya pun naik. Harga solar yang seharusnya hanya Rp 5.550 perliter, bisa dijual di tingkat masyarakat antara Rp 6000 hingga 7000 perliternya. Ini sungguh bentuk permainan dan pelanggaran aturan,” lanjutnya.
Baca Juga:
Pertamina Temukan Dispenser Kosong Pada APMS 56.694.06 Sapeken, Pihak Terkait Bergeming
Ditambahkan, sesuai aturan, APMS tidak boleh menjual tanpa melalui dispenser. Dan dilarang menjual langsunh dari kapal tanker kepada para pengepul. Apalagi APMS dengan sengaja mengambil keuntungan lebih dengan menaikkan harga yang sudah ditetapkan.
“Karena sejatinya, Pertamina melakukan kerjasama dengan APMS tersebut murni tanpa ada campur tangan pihak luar. Terlebih jika pihak luar tersebut sengaja mengambil keuntungan besar dari harga yang ditetapkan pemerintah. Nah, jika ada pelanggaran yang dilakukan APMS akan langsung kami tindak tegas sesuai dengan aturan yang berlaku,” tegasnya, Sabtu (31/3/2018) silam.
Kondisi yang terjadi sekarang pun tak jauh berbeda dengan pengalaman pada tahun 2018 tersebut. Kelangkaan solar melanda seluruh wilayah Kepulauan Sapeken, membuat penghidupan nelayan sulit bertahan dari hari ke hari.
“Dampak kelangkaan BBM solar, harus mencari ke pulau lain, harga pun melonjak 9 sampai 10 ribu/liter. Itupun susah didapat, hanya untuk satu hari, sehingga para nelayan Desa Saseel yang ingin melaut kesulitan untuk persediaan hari berikutnya,” ungkap narasumber asal Desa Saseel melalui WhatsApp, Rabu (6/4).
Sehingga, temuan dispenser kosong di APMS Sapeken oleh Deny, selaku tim sidak Pertamina yang didampingi Huda, Kanit Pidter Polres Sumenep dan R. Erwien Hendra Laksmono, staf Bagian Perekonomian Setdakab Sumenep. Patut diduga merupakan modus operandi lama yang terus berulang.
Baca Juga:
Temuan Dispenser Kosong di APMS 56.694.06 Sapeken, Taklentong: Camat Ngelawak ESDA Mabuk
Kosongnya dispenser BBM APMS Sapeken, terungkap pertama kali dari warga masyarakat setempat. “Sekitar 5 hari yang lalu ada Pertamina turun ke Sapeken, dispenser APMS 56.694.06 gak berfungsi, alasannya listriknya gak kuat, eh setelah dicek lebih lanjut ternyata gak ada BBM-nya di dalam,” ujar dia, Minggu (3/4).
Sementara, Aminullah Camat Sapeken, yang dihubungi via panggilan seluler membenarkan bahwasanya ditemukan dispenser kosong pada APMS 56.694.06 kepunyaan H. Ardi. “Dispensernya bukan rusak tapi tidak terisi BBM. Alasannya karena langsung dikirim ke sub penyalur di pulau lain,” tukasnya. Minggu (3/4) malam.
Lebih lanjut, Aminullah menyampaikan, kosongnya dispenser BBM APMS H. Ardi telah terjadi berkali-kali. “Sudah berkali-kali itu terjadi (dispenser kosong, red). Dia alasan karena dikirim langsung ke pulau. Tapi nelayan pulau lain juga tetap saja membeli BBM ke Sapeken,” kata dia.
Berulangnya dugaan modus operandi lama, tidak memasukkan BBM ke tanki hingga membuat kosong dispenser APMS Sapeken kepemilikan H. Ardi tersebut. Hendaknya cukup jadi pertimbangan bagi pihak terkait menindak tegas dan memberi efek jera dengan mencabut izin usaha yang bersangkutan.