SUMENEP – Kepala Desa Sapeken (Kades) Joni Junaidi memberikan klarifikasi secara utuh dengan menceritakan kronologis yang sebenarnya tentang dugaan penganiayaan yang dilakukan Perangkat Desa terhadap warganya.
Di hadapan awak media, Kades Sapeken menjelaskan awal mula kasus yang kini berkembang hingga ke pelaporan kepada pihak kepolisian. Bertempat di Cangkir Cafe, Kota Sumenep, Madura. Kamis (19/5).
Kisah dugaan penganiayaan, kata Kades Sapeken bermula saat dirinya mengeluarkan Surat Edaran (SE) tentang Perubahan Jam Akhir Pengoperasian Odong-Odong-Angkutan Umum Desa Sapeken.
Kades Sapeken menerangkan, poin-poin dalam SE tersebut termasuk pembatasan waktu operasional odong-odong, sebelumnya telah disepakati bersama stakeholder desa pada Musyawarah Desa (Musdes).
“SE ini semata imbauan batasan jam operasi odong-odong yang semula selesai beroperasi pukul 17.00 WIB dimajukan pada pukul 16.30 WIB karena ada pergeseran waktu sholat Maghrib yang kini lebih cepat,” ujar Kades Sapeken.
Namun imbauan yang dikeluarkan Pemerintah Desa (Pemdes) Sapeken itu tak dinyana direspon berlebihan oleh Bambang Kuswandi (34) alias Wawan salah satu warga Dusun Ra’as, RT 004/RW 001, Desa Sapeken.
“Wawan kedapatan masih membawa penumpang pada jam 5 sore tanggal 12 Mei kemarin. Saat ditegur oleh salah satu Kadus (Kepala Dusun, red) dia malah menjawab tidak perduli dengan aturan tersebut,” ungkap Kades Sapeken.
Kemudian Kades Sapeken melanjutkan, Kadus Kota Raya mendatangi rumah Wawan sebagai upaya komunikatif agar Wawan dapat memahami tujuan sebenarnya dari imbauan yang diterbitkan Pemdes Sapeken terkait pembatasan waktu beroperasi odong-odong.
Baca juga: Batasi Jam Operasional Odong-odong, Kades Sapeken Dihadiahi Bogem Mentah
“Disepakati untuk ke Balai Desa Sapeken, Kadus bersama dengan Wawan dan tiga orang supir odong-odong lainnya tiba kira-kira jam setengah delapan dan berkumpul di Pendopo Balai Desa,” katanya.
Proses mediasi di Balai Desa Sapeken itu memanas dikarenakan Wawan secara lantang menolak aturan jam operasional odong-odong yang diikat melalui SE itu serta terus mengeluarkan kata-kata kasar.

Wawan yang nampak tidak berniat mendengarkan penjelasan pihak Pemdes Sapeken mengakibatkan percekcokan mulut terjadi yang berujung pemukulan terhadap Joni Junaidi.
“Karena Wawan terus ngotot dan tidak ada pedulinya, saya berdiri dan menghampiri Wawan dan saya pegang bagian atas bajunya. Tetapi tiba-tiba Wawan nonjok muka saya dan mengenai mata kiri,” cerita Kades Sapeken.
Joni menambahkan, Satuan Tugas Khusus (Satgasus) Desa Sapeken yang malam itu ikut hadir di cekcok berujung penganiayaan kepada Kades Joni tersebut, secara cepat berusaha melerai dan meredam Wawan yang semakin kalap.
Baca juga: Baru Saja Terpilih, Kades Sapeken Dipercaya Sebagai Ketua AKD
“Kami lantas memutuskan untuk membawa pulang Wawan. Bahkan warga yang telah memadati Balai Desa ikut mengantar Wawan yang berjalan biasa sambil terus teriak teriak penuh emosi,” tukas Kades Sapeken.
Setelah menerima pukulan dari Wawan, Joni Junaidi menyampaikan, jika dia sempat berobat ke rumah salah satu pegawai Puskesmas. “Saya diantar warga ke rumah Pak Syaiful dan diberikan obat pereda nyeri, juga penghilang memar,” ungkapnya.
“Adal salah satu media online yang memberitakan Perangkat Desa Sapeken telah melakukan pengeroyokan kepada Wawan. Itu tidaklah benar, maka dari itu saya melakukan klarifikasi,” keluhnya.
Joni yang baru saja terpilih sebagai Ketua AKD Kecamatan Sapeken, juga meluruskan video pemukulan yang viral di media sosial. “Videonya tidak utuh, tetapi potongan potongan. Tidak ada menerangkan kalau Wawan terlebih dulu memukul saya,” sergahnya.
Diketahui permasalahan ini berujung laporan Wawan ke Polsek Sapeken, pada 16 Mei 2022 dengan surat tanda lapor Nomor : STM/11/V/YAN.1.6/2022/SUMENEP/SPKT SAPEKEN, Laporan Polisi Nomor : LP-B/11/V/RES/1.6/2022/SUMENEP/SPKT/SAPEKEKEN.
Baca juga: Peran Orang Partai di Mutasi Kepala Sekolah, SK Bupati Sumenep dengan Pelantikan Berbeda
Langkah yang diambil Wawan itu disesalkan Kades Sapeken. “Karena biar bagaimanapun saya tetap berharap Wawan dapat menyadari kekeliruannya. Tapi kalau dia tetap bersikeras, saya merasa perlu mengambil langkah,” tukasnya.
Langkah yang dimaksud Kades Sapeken yakni pelaporan balik Wawan yang telah memukul dirinya. “Tapi jadinya kan lucu, masak saya sebagai Kades mau memenjarakan warga saya sendiri,” ucap Joni.
Selain itu, Joni kini tengah berembuk dengam kuasa hukumnya membahas kemungkinan melaporkan dugaan pencemaran nama baik yang disebar di Facebook. Bahwa Perangkat Pemdes Sapeken telah melakukan pengeroyokan kepada Wawan.
“Upaya mediasi yang kami lakukan di Balai Desa malam itu merupakan langkah yang dilakukan sebagai kepala desa, bukan pribadi Joni Junaidi. Demi marwah Pemdes Sapeken tentunya merasa dicemarkan nama baiknya,” tegas Kades Sapeken.