SuaraMadura.id – Paragraf ini saya tulis saat sedang emosi, tepat di depan pintu masuk, gerbang besi besar, yang membatasi kerja jurnalistik kawan-kawan wartawan dan perwakilan warga yang sedang beraudiensi.
Di dalam gerbang, perwakilan warga sedang berusaha keras memperjuangkan kemerdekaan: membebaskan laut yang jadi milik perorangan. Para awak media, tepat di depan gerbang, hanya bisa geleng-geleng kepala sambil bertanya: kiranya, intimidasi apa yang ingin dirahasiakan oleh pejabat negara?
Karena sedang emosi, saya dan kawan-kawan jurnalis merasa telah dipisah dengan rakyat, dilarang berpihak pada rakyat dan sekali lagi, entah intimidasi apa yang tidak perlu dicium media(?) Kejadian ini, tepat di depan gerbang besar kantor BPN Sumenep.
Dengan terburu-buru, pejabat BPN Sumenep menutup pintu gerbang. Mata para pejabat, dalam pikiran saya, tampak seperti maling yang mencurahkan seluruh kewaspadaan. Khawatir mereka menjadi amukan warga yang datang mencari pelaku “pencurian” lautan.
Akhirnya, agar tidak berlarut-larut dalam emosi, catatan ini saya mulai. Alhamdulillah, emosi mereda. Sambil menulis, sesekali saya memotret para penjaga gerbang yang membatasi kerja kemanusiaan kawan-kawan wartawan.
Tepat di depan pintu gerbang, dengan terus berusaha berdiri, saya berkali-kali menarik nafas panjang. Terus berusaha menenangkan diri. Bersamaan dengan itu, terlintas pikiran yang lucu sekali.
Sambil senyum sendiri, saya memikirkan betap lawaknya kerja pejabat BPN Sumenep. Yang paling sederhana adalah, BPN bertugS mengurus tanah, yang jelas-jelas terlihat dan tidak bergerak. Namun kenapa kebijakan mereka menjadi sangat rahasia? Audiensi saja tidal boleh diakses awak media?
Saat warga meminta agar BPN mencabut kepemilikan lautan, kenapa audiensinya harus tertutup dan perlu dirahasiakan? Dengan tetap berdiri di depan gerbang, saya berusaha curiga: tanah dan lautan terlihat, kenapa kebijakannya musti ditutup erat? Inikah contoh tipu muslihat?
Sampai saat ini, aksi audiensi masih berlangsung. Warga dan mahasiswa masih terus berorasi di pintu depan kantor BPN Sumenep. Saya tetap berusaha berdiri.
NK Gapura,
Sumenep, 17 Maret 2023